Juan Jose Mendez Fernandez atlet balap sepeda tanpa tangan dan kaki kiri. “Saya tidak bisa” adalah kalimat yang kerap dijadikan alasan banyak manusia untuk tidak melakukan sesuatu. Padahal, “saya tidak bisa” secara teknis adalah tidak ada. Sebab, keyakinan, harapan dan kesungguhan, akan membuat mereka bisa melakukannya.
Adalah Juan Jose ‘Juanjo’ Mendez Fernandez, ia telah membuktikan. Bahwa “saya tidak bisa” itu tidak ada. Maka dengan yakin ia mengatakan, “Don’t tell me you can’t!”.
Hanya Punya Satu Kaki dan Satu Tangan, Bisa Apa?
Juanjo mulai terjun di dunia balap sepeda ketika berusia 14 tahun. Namun sebuah kecelakaan sepeda motor pada tahun 1992 membuat karir itu harus terhenti. Tragis. “Saat itu aku dinyatakan mati secara klinis. Aku koma selama dua puluh hari”, ujar Juanjo. “Ketika aku siuman, aku belum menyadari bahwa aku kehilangan satu lengan dan satu kaki. Aku baru sadar ketika duduk”, lanjutnya.
“Setelah sekian lama putus asa, aku memutuskan untuk menerimanya. Titik. Aku berkata pada diriku sendiri untuk melanjutkan hidupku,” ungkap Juanjo. Ia memerlukan waktu dua tahun untuk bisa mulai bersepeda balap lagi. Setelah memutuskan untuk kembali bersepeda, dalam kurun 17 tahun berikutnya, ia telah menjadi juara balap sepeda internasional. Ia telah menjadi juara Paralimpiade dan memimpin klub sepeda bernama Piratas.
“Kami tidak berbeda dengan tim bersepeda lainnya”, ujar Juanjo. “Satu-satunya yang mungkin membedakan adalah energi baik kami. Kami selalu bercanda,” lanjutnya. “Motivasi adalah hal yang paling penting,” ujar Juanjo, “lebih dari apapun”. “Kami berlatih setiap hari. Kami berharap mampu memotivasi lebih banyak orang untuk keluar rumah bersepeda.”
Bernat, pelatih Juanjo, menyatakan, “Kami hanya ingin bersepeda seperti orang-orang lain, sekedar untuk bersenang-senang saja di akhir pekan. Kami tidak pernah membayangkan bisa mengikuti lomba balap sepeda, karena disabilitasnya”. “Saya telah memberi tahu Juanjo selama empat atau lima tahun terakhir, kamu telah mencapai puncak. Pada usiamu, dengan kecacatan yang kamu alami, kamu tidak akan bisa membalap lebih cepat”, lanjut Bernat. “Namun tahun demi tahun, dia membuktikan bahwa saya salah. Ternyata dia terus melaju semakin cepat,” ujar Bernat.
Motivasi yang kuat, mendorong Juanjo terus berlatih. Ia tidak pernah berputus asa atas kondisi yang menimpa dirinya. Hasilnya, saat ini Juanjo telah menyimpan enam medali Olimpiade atas nama dirinya. Amazing.
Memotivasi Orang Lain
Elisa –salah seorang anggota Piratas, baru saja kembali bersepeda, setelah kehilangan satu kaki dalam kecelakaan lalu lintas. Suatu hari, dia tengah berada di dalam mobil menunggu di lampu merah. Saat itu Juanjo hanya dengan satu tangan dan satu kaki bersepeda melintas di hadapannya.
Elisa berkata kepada teman yang duduk di sampingnya, “Jika suatu ketika nantu aku mulai kasihan kepada diriku lagi. Ingatkan aku tentang kejadian ini”. Elisa memerlukan waktu sembilan bulan untuk berlatih. Hingga akhirnya bisa memenangkan medali perunggu di Kejuaraan Bersepeda Spanyol tahun 2012.
Mungkin kita akan mengajukan serangkaian pertanyaan terhadap Juanjo. Bagaimana jika ia jatuh saat bersepeda? Bukankah ia tidak memiliki cara untuk menahan kejatuhannya?. Bukankah ada jenis olahraga lain yang lebih mudah bagi seseorang yang hanya memiliki satu kaki dan satu tangan?. Mengapa ia memilih bersepeda balap?
Pasti ia memiliki alasan. Ia telah memberi makna yang utuh atas aktivitas bersepeda. Ia tidak sekedar menjadi pembalap sepeda. Ia tengah merayakan kesyukuran. Ia tengah mengajarkan cara menjalani kehidupan, “Don’t tell me you can’t!”
Jadi, atas alasan apakah Anda mengatakan tidak bisa? Juanjo telah melampaui fase-fase krisis dalam kehidupan disabilitas. Rasa tidak bermakna, rasa rendah diri, rasa putus asa, rasa diabaikan, rasa disingkirkan, rasa berbeda, rasa dianaktirikan. Ia singkirkan itu semua. Ia jawab dengan prestasi.
Ia merayakan kehidupan dengan bersepeda. Ini bukan sekedar tentang perlombaan, bukan sekedar tentang menang Paralimpiade, bukan sekedar menjadi juara dunia bersepeda. Ini adalah tentang menjalani kehidupan sepenuh kesyukuran. Ini adalah tentang nilai dan keyakinan.
Bahwa kita bisa melakukan apa saja yang kita ingin lakukan melampaui batas-batas yang dianggap orang lain sebagai tidak mungkin. Juanjo telah beradaptasi, dan dia berhasil.
=====
Amanahkan kebutuhan Kaki Palsu / Kaki Tiruan / Prostesis Bapak Ibu pada Profesional Ortotis Prostetis yang Memiliki Surat Ijin Praktik (SIPOP) maupun Surat Ijin Kerja (SIKOP).
Sesuai dengan PERMENKES NO 22 TAHUN 2013.
Dengan memiliki SIPOP atau SIKOP, berarti Profesional tersebut benar benar berkompeten dan berwenang karena :
1. Telah menempuh pendidikan formal Ortotik Prostetik D3 maupun Sarjana Terapan.
2. Lolos Uji Kompetensi.
3. Terdaftar secara resmi sebagai Tenaga Kesehatan Republik Indonesia dibuktikan dengan kepemilikan STR.
4. Memiliki tempat praktik maupun tempat kerja untuk melayani Bapak Ibu secara Profesional
Kami siap melayani secara Profesional.
SIPOP : 010/SIPOP/33.11/XI/2017
Konsultasi gratis : 081327721518