Menjadi seorang atlet kenamaan dengan segudang prestasi merupakan impian bagi sebagian orang. Perjuangan harus lebih keras, terutama bagi para penyandang difabel. Hal ini telah dilakoni Hadi Susilo, yang kini telah berhasil menjadi seorang atlet difabel dan mengikuti berbagai pertandingan. Bukan hal mudah merasa berbeda, hingga dia sempat depresi dan ingin bunuh diri. Simak kisah perjuangan Hadi berikut ini.
Hadi Susilo pernah mengalami kecelakaan motor tunggal pada tahun 2011. Tidak mudah bagi Hadi untuk menerima keadaan baru. Hadi mengaku mengalami kelumpuhan total. Kini pria tamatan SMA ini harus selalu bertumpu pada kursi roda yang setia menemani setiap perjalanannya. Kaki Hadi sudah tak mampu lagi digerakkan seperti sebelumnya.
Pria yang kini tergabung dalam cabang olahraga (Cabor) Panahan Kalimantan Tengah itu ternyata pernah mengalami tekanan. Perasaan membelenggu dan pesimis timbul melihat fisiknya yang tak lagi normal. Hadi yang depresi beberapa kali mengaku ingin mengakhiri hidup saja, sebagai jalan keluar terbaik.
Beruntunglah dokter yang merawat Hadi memiliki kawan seorang pelatih panahan. Dia tengah mencari atlet difabel dari Kabupaten Lamandau. Inilah awal kebangkitan dan semangat baru Hadi muncul. Dia mencoba belajar menjadi seorang pemanah bersama para penyandang difabel lain. Rasa syukurnya lebih muncul setiap melihat keadaan rekannya yang terhitung lebih parah dari pada dirinya.
Hadi yang terus belajar telah mampu mewakili Kalimantan Tengah di beberapa pertandingan. Keikutsertaannya bukan sekedar berpartisipasi, tapi juga berprestasi. Hingga Hadi memperoleh tugas mewakili Kalimantan di berbagai kota besar, bersaing dengan para atlet difabel lain.
Melalui Kuad Archery Open Championship 2019, yang digelar di Lapangan Gatot Subroto Makopassus, Cijantung, Jakarta Timur. Menjadi salah satu momen besar bagi Hadi. Dia berkesempatan bertanding bersama para atlet normal dari berbagai kota besar. Bersama dengan Lia, rekan dari Kalimantan Tengah, keduanya berusaha jadi juara. Ini merupakan event pertama bagi Mahda Aulia, gadis difabel sejak lahir yang kini masih duduk di bangku SMP itu.
=====
Amanahkan kebutuhan Kaki Palsu / Kaki Tiruan / Prostesis Bapak Ibu pada Profesional Ortotis Prostetis yang Memiliki Surat Ijin Praktik (SIPOP) maupun Surat Ijin Kerja (SIKOP).
Sesuai dengan PERMENKES NO 22 TAHUN 2013.
Dengan memiliki SIPOP atau SIKOP, berarti Profesional tersebut benar benar berkompeten dan berwenang karena :
- Telah menempuh pendidikan formal Ortotik Prostetik D3 maupun Sarjana Terapan.
- Lolos Uji Kompetensi.
- Terdaftar secara resmi sebagai Tenaga Kesehatan Republik Indonesia dibuktikan dengan kepemilikan STR.
- Memiliki tempat praktik maupun tempat kerja untuk melayani Bapak Ibu secara Profesional
Kami siap melayani secara Profesional.
SIPOP : 010/SIPOP/33.11/XI/2017
Konsultasi gratis : 081327721518